Cari Blog Ini

Selasa, 21 Juni 2011

TEORI KONSELING

MATRIKS TEORI KONSELING

TEORI

HAKEKAT MANUSIA

MANUSIA SEHAT DAN TIDAK SEHAT

ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH

STRATEGI KONSELING

TUJUAN KONSELING

KETERBATASAN STRATEGI

PSIKOANALISIS

1. Manusia cenderung pesimistik, deterministik, mekanistik dan reduksionistik

2. Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatn irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah oleh peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi pada masa lalu dari kehidupannya

3. Tingkah laku manusai : (1) ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan insting-instingnya, (2) dikendalikan oleh pengalaman-engalaman masa lampau dan ditentutkan oleh faktor-faltor interpersonal dan

1. MANUSIA SEHAT

Seseorang dikatakan memiliki kepribadian yang sehat bila mana orang tersebut dapat mengadakan integrasi antara id dan ego. Ego orang yang sehat dapat berjalan sebagaimana mestinya dan tidak dikuasai oleh id

2. MANUSIA TIDAK SEHAT

Orang tidak sehat adalah mereka yang memiliki pertahanan diri.

Pertahanan diri manusia antara lain:

a. Formasi reaksi

Merupakan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar.

b. Identifikasi

Seseorang yang menyamakan dirinya dengan orang lain, kelompok lain atau nilai-nilai tertentu. Hal ini sering dialami oleh orang-orang yang konsep dirinya lemah atau mereka yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan kelompok tertentu atau kesulitan dalam menerima diri sendiri.

c. Introjeksi

Seseorang menempatkan keinginan-keinginannya terhadap obyek atau individu tertentu tampa memperhatikan apakah individu atau obyek tersebut ada atau tidak.

d. Kompensasi

Seseorang melakukan tindakan tertentu (biasanya negatif) karena apa yang dia inginkan tidak terwujud.

e. Penyangkalan

Perlawanan terhadap kecemasan dengan cara “tutup mata” terhadap kejadian yang ada.

f. Proyeksi

Mengalihkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain atau lingkungan. Seseorang menjelekkan orang lain karena dia melakukan tindakan kejahatan.

g. Rasionalisasi

Individu membuat alasan-alasan yang menurutnya dapat diterima oleh akal sehat. Seseorang membuat pemalsuan diri, sehingga dengan itu tidak terlalu menyakitkan egonya.

h. Represi

Suatu tindakan pencegahan terhadap pemikiran atau perasaan yang tidak menyenangkan. Pemikiran atau perasaan yang tidak menyenangkan itu ditekan ke alam bawah sadar

i. Regresi

Seseorang yang mengalami kecemasan atau ketakutan akan memunculkan perilaku seperti anak kecil misalnya: menangis, merusak barang, berbicara seperti anak kecil, memberontak melawan kekuasaan.

Tingkah laku bermasalah disebabkan oleh kekacauan dalam berfungsinya individu yang bersumber pada :

1. dinamika yang tidak efektif antara id, ego, dan super ego

2. proses belajar yang tidak benar pada masa kanak-kanak.

1. Asosiasi Bebas

Teknik pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau: klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri.

2. Interpretasi

a) Prosedur dasar yang digunakan dalam analisis mimpi, resistensi, dan transferensi

b) Penjelasan makna tingkah laku yang

Dimanifestasika dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan transferensi

3. Analisis Mimpi

Teknik untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh pemahaman terhadap masalah-masalah yg belum terpecahan.

4. Analisis Transferensi

Teknik mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam konseling

Tujuan :

a) Klien memperoleh pemahaman atas pengalaman pengalaman tak sadar dan pengaruh masa lampau terhadap kehidupan sekarang;

b) Memungkinkan klien menembus konflik masa lampau yang diperta-hankan hingga sekarang & menghambat perkembangan

1. Membantu klien untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan mejadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari oleh klien.

2. Secara spesifik:

a) Membawa klien dari dorongan-dorongan yang ditekan (ketidaksadara) yang mengakibatkan kecemasan kearah perkembangan kesadaran intelektual

b) Menghidupkan kembali masa lalu klien dengan menembus konflik yang direpres

c) Memberikan kesempatan kepada klien untuk menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya

1. Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.

2. Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah tanggung jawab individu berkurang.

3. Cenderung meminimalkan rasionalitas.

4. Data penelitian empiris kurang banyak mendukung sistem dan konsep psikoanalisis seperti konsep tentang energi psikis yang menentukan

TEORI

HAKEKAT MANUSIA

MANUSIA SEHAT DAN TIDAK SEHAT

ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH

STRATEGI KONSELING

TUJUAN KONSELING

KETERBATASAN KONSELING

GESTALT

1. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.

2. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.

3. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya

4. Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.

1. MANUSIA SEHAT

a. Percaya pada kemampuan sendiri.

Orang sehat mampu mengatur diri sendiri tanpa ada campur tangan pihak luar.

b. Bertanggung jawab

Mereka yang sehat mampu mempertanggungjawabkan serta mengambil resiko yang terjadi sebagai hasil dari perbuatannya.

c. Memiliki kematangan

Seseorang dikatakan sehat apabila mempunyai kematangan. Kematangan ini didasarkan pada kesadaran seseorang terhadap sesuatu hal.

d. Memiliki keseimbangan diri.

Keseimbangan yang dimaksud adalah kesimbangan antara dirinya saat ini dengan keseimbangan lingkungan sekitar

2. MANUSIA TIDAK SEHAT

a. Introjektion

Tidak bisa membedakan antara kenyataan dengan hayalan.

b. Projection

Menyalahkan orang lain

c. Retroflection

Mengalihkan keinginan diri kepada orang lain

d. Confluence

Individu tidak dapat menerima perbedaan antara dirinya sendiri dengan orang lain.

1. Individu bermasalah karena terjadi pertentangan antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under dog”

a) Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam

b) Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.

2. Perkembangan yang terganggu karena terjadi ketidakseimbangan antara apa-apa yang harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self)

3. Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis

4. Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya

5. Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang

6. Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi

7. Spektrum tingkah laku bermasalah :

a) Kepribadian kaku (rigid)

b) Tidak mau bebas bertanggung jawab, ingin tetap tergantung

c) Menolak berhubungan dengan lingkungan

d) Memeliharan unfinished bussiness

e) Menolak kebutuhan diri sendiri

f) Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih” .

1. Permainan Dialog

Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya:

a) Kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak

b) Kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”

c) Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh

d) Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung

e) Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah

Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko

Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.

2. Latihan Saya Bertanggung Jawab

a) Teknik untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyek-sikan perasaannya itu kepada orang lain.

b) Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “...dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.

Misalnya :

(1). “Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”

(2). “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.

(3). “Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.

Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.

3. Bermain Proyeksi

a) Proyeksi :

Memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya

Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain

Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya

Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.

b) Teknik Pembalikan

Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya

Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.

Misalnya :

Konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan

4. Tetap dengan Perasaan

Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan dan ia sangat ingin menghindarinya

Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.

Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru “tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu”.

1. Tujuan utama :

a) Membantu klien berani menghadapi tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi

b) Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.

c) Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara penuh, ia baru memanfaatkan sebagian dari potensinya yang dimilikinya

Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.

2. Tujuan spesifik

a) Membantu klien agar dapat memper-oleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta menda-patkan insight secara penuh

b) Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya

3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself)

4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.

1. Pendekatan gestalt cenderung kurang memperhatikan faktor kognitif

2. Pendekatan gestalt menekankan tanggung jawab atas diri sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab pada orang lain

3. Menjadi tidak produktf bila penggunaan teknik-teknik gestat dikembangkan secara mekanis

4. Dapat terjadi klien sering bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik gestalt karena merasa dirinya dianggap anak kecil atau orang bodoh.

TEORI

HAKEKAT MANUSIA

MANUSIA SEHAT DAN TIDAK SEHAT

ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH

STRATEGI KONSELING

TUJUAN KONSELING

KETERBATASAN STRATEGI

BEHAVIORAL

1. Manusia: mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/ dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar

2. Manusia memulai kehidupannya dengan mem-berikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian

3. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya

4. Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum-hukum belajar :

a) Pembiasaan klasik,

b) Pembiasaan operan

c) Peniruan.

5. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.

6. Manusia cenderung akan mengambil sti-mulus yang menyenangkan dan menghin-darkan stimulus yang tidak menyenang-kan.

Dalam pendekatan behaviorisme sulit untuk menentukan pribadi sehat dan tidak sehat, sebab pendekatan ini mengaanggap bahwa prilaku maladaptif seperti perilaku adaptif yang merupakan hasil dari proses belajar.

Pendekatan ini hanya memandang bahwa seseorang yang tidak bisa menyesuaikan diri adalah mereka yang sakit.

1. Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan

2. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah

3. Manusia bermasalah mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya

4. Tingkah laku maladaptif terjadi karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat

5. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar

1. Latihan Asertif

a) Digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar

b) Terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya

c) Cara : permainan peran dengan bimbingan konselor, diskusi kelompok

2. Desensitisasi Sistematis

a) Memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks

b) Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan

c) Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap

d) Tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.

3. Pengkondisian Aversi

a) Digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk dengan meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut

b) Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya

c) Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

4. Pembentukan Tingkah laku Model

a) Digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk

b) Konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh

c) Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor : dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

1. Mengahapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untuk di-gantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.

2. Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik

a) Diinginkan oleh klien

b) Konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut

c) Klien dapat mencapai tujuan tersebut

3. Dirumuskan secara spesifik Konselor dan klien bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.

1. Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek pribadi, bersifat manipulatif, dan mengabaikan hubungan antar pribadi

2. Lebih terkonsentrasi kepada teknik

3. Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh konselor

4. Konstruksi belajar yang dikembangkan dan digunakan oleh konselor behavioral tidak cukup komprehensif untuk menjelaskan belajar dan harus dipandang hanya sebagai suatu hipotesis yang harus diuji

5. Perubahan klien hanya berupa gejala yang dapat berpindah kepada bentuk tingkah laku yang lain.

TEORI

HAKEKAT MANUSIA

MANUSIA SEHAT DAN TIDAK SEHAT

ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH

STRATEGI KONSELING

TUJUAN KONSELING

KETERBATASAN STRATEGI

RASIONAL EMOTIF

1. Manusia pada dasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irsional

Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten.

Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif.

2. Reaksi emosional seseorang disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi, baik yang disadari maupun tidak disadari.

3. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional.

4. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat personal, dan irrasional.

5. Berpikir irrasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan.

6. Berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan.

7. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat.

8. Perasaan dan pikiran negatief serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.

1. MANUSIA SEHAT

a. Mempunyai minat diri terhadap sesuatu

b. Mempunyai minat sosial

c. Mempunyai arah diri

d. Toleransi terhadap orang lain yang berbeda perilaku

e. Fleksibel terhadap perubahan dan tidak bersifat kaku

f. Mampu menerima ketidakpastian

g. Komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya

h. Berpikir secara ilmiah

i. Menerima diri tanpa syarat tertentu

j. Mampu mengambil resiko

k. Mempunyai hedonisme untuk jangka waktu yang lama

l. Tidak bersifat utopian

m. Mempunyai toleransi yang tinggi terhadap frustrasi

n. Bertanggung jawab terhadap gangguan mental

2. MANUSIA TIDAK SEHAT

Pribadi yang menyimpang mengacu pada sebelas ide irasional berikut ini:

a. Tuntutan untuk selalu dicintai dan selalu didukung oleh orang-orang terdekat (significant others)

b. Tuntutan kompetensi dan kemampuan secara sempurna disemua bidang.

c. Tuntutan untuk menghukum dan menyalahkan orang lain

d. Tidak senang atas kejadian yang diharapkan

e. Tntutan penyebab eksternal

f. Perhatian pada hal-hal yang berbahaya

g. Lari dari kesulitan dan tanggung jawab

h. Keharusan untuk bergantung

i. Kejadian saat ini ditentukan oleh masa lalu dan tidak dapat dirubah

j. Terlalu hanyut/ peduli pada masalah orang lain

k. Tuntutan jawaban yang selalu benar atau persis atas suatu masalah.

1. Tingkah laku bermasalah: tingkah laku yang didasarkan dikendalikan oleh cara berpikir yang irrasional (iB)

a) Ciri-ciri iB :

(1). Tidak dapat dibuktikan

(2). Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan) yang sebenarnya tidak perlu

(3). Menghalangi individu untuk berkembang

2. Sebab-sebab Individu Berpikir Irasional :

a) Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara kenyataan dan imajinasi

b) Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain

c) Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irrasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai

3. Indikator keyakinan irrasional:

a) Bahwa manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan

b) Bahwa banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum

c) Bahwa kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malape-taka, bencana yang dahsyat, menge-rikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya.

d) Bahwa lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk mengahadapi dan menanganinya

e) Bahwa penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eks-ternal dan individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut.

f) Bahwa pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang

g) Bahwa untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk me-rasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural

h) Bahwa nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.

1. Teknik-teknik Emotif (Afektif)

a) Assertive adaptive

Teknik untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.

b) Bermain peran

Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.

c) Imitasi

Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.

2. Teknik-teknik Behavioristik

a) Reinforcement

(1). teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment).

(2). Teknik ini dimaksudkan untuk mem-bongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan meng-gantinya dengan sistem nilai yang positif.

(3). Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan meng-internalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.

b) Social modeling

Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien

Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobser-vasi, dan menyesuaikan dirinya dan meng-internalisasikan norma-norma dalam sis-tem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh

3. Teknik-teknik Kognitif

a) Home work assigments

Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan

(1). Klien ditugasi untuk mempelajari bahan-bahan tertentu, melaksanakan latihan-latihan tertentu yang signifikan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru dan irasional

(2). Tugas yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor

(3). Teknik juga bermaksud : mengembangkan p tanggung jawab, kepercayaan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.

b) Latihan assertive

(1). Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial.

(2). Maksud utama teknik latihan asertif:

(a). mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya

(b). membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain

(c). mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri

(d). meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri

1. Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irrasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis

2. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.

3. Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu perlu pemahaman klien tentang sistem keyakinan atau cara-cara berpikirnya sendiri

Tiga tingkatan insight /pemahaman:

a) Klien memahami tingkah laku negatif/penolakan diri peristiwa yang disebabkan oleh sistem keyakinan yang irasional

b) Klien memahami bahwa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena keyakinan irrasional terus dianutnya

c) Klien memahami bahwa tidak ada jalan lain untuk keluar dari hambatan emosional yang dialaminya kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irrasional.

KLIEN YANG TELAH MEMILIKI rB TERJADI PENINGKATAN DALAM HAL :

1. penerimaan diri

2. minat sosial

3. pengendalian diri

4. toleransi terhadap pihak lain

5. fleksibelitas

6. penerimaan ketidakpastian

7. komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya

8. berpikir logis

9. keberanian mengambil risiko

10. menerima kenyataan.

1. Pendekatan RET bersifat didaktik dan direktif. Sebagai konselor dituntut untuk mengenal diri lebih baik dan berhati agar tidak memaksa filsafat hidupnya sendiri kepada konseli.

2. Pendekatan ini sullit diterapkan oleh konselor pemula karena keberhasilan dalam proses konseling sangat ditentukan dari: taraf latihan, pengetahuan dan keterampilan, kemampuan melihat, dan ketepatan menilai terhadap konseli. Sementara konselor pemula biasanya masih butuh banyak pengalaman untuk melatih hal-hal telah disebutkan di atas.

3. Terkadang proses konseling merupakan proses penyembuhan kilat, dengan cara memberi nasehat yakni menyampaikan kepada konseli apa yang salah dan bagaimana mereka harus merubahnya. Hal ini bertolak belakang dengan konsep konseling sesungguhnya keputusan dalam masalah konseli ditentukan oleh konseli sendiri.

TEORI

HAKEKAT MANUSIA

MANUSIA SEHAT DAN TIDAK SEHAT

ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH

STRATEGI KONSELING

TUJUAN KONSELING

KETERBATASAN STRATEGI

EKSISTENSIAL

1. kapasitas untuk kesadaaran diri.

Manusia dapat merefleksikan serta membuat pilihan karena manusia mempunyai kesadaran. Manusia sadar karena:

a. Kita mempunyai keterbatasan dan kita tidak mempunyai batas waktu untuk mengerjakan apa yang kita inginkan

b. Kita mempunyai potensi untuk melakukan tindakan atau tidak melakukan. Diam adalah keputusan

c. Kita memilih tindakan kita atau kadang kala kita bisa menentukan nasib sendiri

d. Keberadaan kita bukanlah sebagai suatu hadiah tetapi sebagai hasil dari pencarian dan kreativitas kita terhadap tujuan-tujuan yang unik

e. Kecemasan merupakan kesadaran mendasar dari kebebasan yang kita miliki, kecemasan merupakan esensi dalam hidup. Jika kita sadar adanya kebebasan untuk memilih maka akan meningkatkan tanggung jawab kita.

2. kebebasan dan tanggung jawab.

Karena kita sadar maka kita akan menerima tanggung jawab dari apa yan kita buat.

3. pencarian identitas dan mengembangkan hubungan yang berarti dengan orang lain

Individu sangat dihargai akan keunikannya dan keberpusatan pada dirinya sendiri, pada saat yang sama kita juga mempuunyai minat untuk mengembangkan hubungan dengan orang lain.

4. pencarian arti, tujuan, dan nilai-nilai

5. kecemasan sebagai kondisi kehidupan

6. kesadaran terhadap kematian dan ketidakberdayaan.

MANUSIA SEHAT:

1. Freedom

Kebebasan adalah nilai mutlak yang dimiliki seseorang, orang sehat mempunyai kebebasan untuk melakukan sesuatu

2. Choice

Kebebasan yang dimiliki individu akan mengarahkan individu melakukan pilihan-pilihan.

3. Independen

Kemampuan untuk menentukan pilihan akan membuat seseorang mandiri

4. Responsibility

Setelah seseorang memiliki kebebasan, kemampuan memilih, dan independen, maka yang akan dimiliki oleh orang sehat adalah kemampuan untuk bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya.

Ciri lain orang sehat menurut Frankl (dlm, Boy Soedarmaji, Sutijono. 2005):

a. Mereka bebas memilih langkah tindakan mereka sendiri

b. Mereka secara pribadi bertanggungjawab terhadap tingkah laku hidup mereka dan sikap yang mereka anut terhadap nasip mereka.

c. Mereka tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar diri mereka.

d. Mereka telah menemukan arti dalam kehidupan yang cocok dengan mereka.

e. Mereka secara sadar mengontrol kehidupan mereka.

f. Mereka mampu mengunngkapkan nilai-nilai daya cipta, nilai-nilai pengalaman, atau nilai-nilai sikap.

g. Mereka telah mengatasi perhatian terhadap diri.

MANUSIA TIDAK SEHAT:

Pribadi tidak sehat adalah mereka yang mengalami kecemasan neurotik berlebihan. Kecemasan ini akan membuat seseorang tidak sehat bila seseorang tidak dapat melakukan sesuatu.

Mereka yang memilki masalah adalah:

1. Mereka yang memiliki ketakutan yang berlebihan.

2. Kegagalan dalam mencari makna hidup.

3. Tidak bisa mengungkapkan potensi-potensi dalam dirinya.

Pendekatan ini kadang menggunakan teknik-teknik yang telah dipergunakan dalam pendekatan-pendekatan sebelumnya seperti; disensitisasi sistematis, restructuring kognitif.

Terapis eksistensial sering menggunakan cara-cara manipulasi dan rutinitas.

Saat konseli mengungkapkan perasaannya pada konselor, sebaiknya konselor memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Berbagi reaksi pribadi terhadap apa yang dikatakan oleh konseli

2. Mendorong keterbukaan diri terhadap pengalaman yang diungkapkan oleh konseli

3. Minta konseli untuk mengkspresikan kesedihannya

4. Tantang konseli untuk melihat kembali keputusan yang dihindarinya dan minta konseli untuk menlai keputusan yang telah dibuat.

5. Dorong konseli untuk melatih apa yang telah diterima selama proses terapi.

Tujuan konseling dalam pendekatan ini adalah membantu konseli agar mampu menerima kebebasan dan bertanggung jawab dalam tindakan.

Selain itu pendekatan ini membantu konseli untuk memecahkan kekakuan (rigiditas) dan berusaha untuk menantang hal-hal yang memblokir kebebasan

1. Pendekatan ini kurang memiliki struktur yang jelas dan memiliki sedikit teknik konseling.

2. Banyak konsep penting dari pendekatan eksistensial yang abstrak dan sulit untuk dipahami

Sumber:

Soedarmadji, Boy; Sutijono. 2005. Model-model Konseling. Surabaya: University Press UNIPA Surabaya

Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama

Sudrajat, Ahmat. 2009. Teknik Konseling Gestalt. http://akhmadsudrajat.wordpress.com

Handayana, Surya. 2008. Konseling Humanistik.http://suryah90105.blogspot.com/